Teks dan Foto oleh Wahyu Jati Kusuma
![]() |
(Pemandangan Danau Singkarak dengan latar depan persawahan.) |
Di penghujung tahun 2012 kemarin, saya berkesempatan
untuk menjejakkan kaki dan menikmati keindahan alam Provinsi Sumatera Barat.
Meskipun tidak semua wilayah di Sumatera Barat dapat saya jelajahi, tetapi
setidaknya telah memberi gambaran bagi saya akan keindahan bumi tercinta kita,
Indonesia. Selepas bermalam
dan mengunjungi beberapa obyek wisata di Kota Bukittinggi, saya dan rombongan pun memutuskan untuk
kembali ke Kota Jambi melalui jalur darat. Karena kami menggunakan kendaraan
pribadi, kami pun memutuskan untuk pulang ke Jambi dengan rute yang berbeda
dari rute keberangkatan kami.
Dan dari rute perjalanan pulang itu, saya dan
rombongan (Wahid, Burhani dan Pak Jarwadi) menyempatkan
diri untuk singgah di Danau Singkarak. Danau Singkarak sendiri merupakan danau
terluas ke dua di Sumatera Barat, yang membentang di dua kabupaten yaitu Kabupaten
Tanah Datar dan Kabupaten Solok. Sebagai orang yang lahir dan besar di Pulau
Jawa dan jarang melihat danau seluas itu, maka begitu melihat Danau Singkarak
yang besar dan begitu luas saya pun kagum.
“Wow keren, sumpah,” kata Wahid mengagumi keindahan
Danau Singkarak sambil membidikkan kamera digitalnya melalui jendela mobil.
![]() |
(Masyarakat Danau Singkarak tampak mengarungi danau dengan sampannya.) |
Saya dan Wahid yang baru pertama kali melihat Danau
Singkarak secara langsung rasanya tidak salah jika kami mengaguminya. Tak mau
kalah dengan Udin, saya pun tak menyiakan kesempatan dengan ikut mengambil foto
dari jendela mobil. Pemandangan Danau Singkarak bisa dinikmati secara cuma-cuma
jika Anda berkendara dari dari arah Padang Panjang menuju Solok atau sebaliknya.
Oleh karena itu bisa dipastikan bahwa suguhan panorama Danau Singkarak akan
menjadi bagian dari perjalanan Anda. Menurut situs wikipedia, Danau Singkarak memiliki luas 107,8 km² dengan panjang hingga 20 km. Pantesan saja kita bisa menikmati panorama danau melalui
kendaraan yang melaju berkilo-kilometer.
![]() |
(Sampan menjadi alat transportasi yang biasa digunakan oleh masyarakat yang tinggal di kawasan Danau Singkarak. Tampak dalam foto seorang perempuan tengah menggunakan sampan.) |
Setelah berjalan beberapa kilometer dengan suguhan
panorama Danau Singkarak, kami pun menghentikan kendaraan kami di sebuah rumah
makan yang berlokasi di tepian danau. Di sepanjang tepian danau pun dapat
dengan mudah kita jumpai rumah makan ataupun tempat untuk sekedar menikmati
keindahan Danau Singkarak. Rumah makan yang kami pilih adalah rumah makan
dengan konsep panggung, dimana bagian belakang rumah makan dibangun teras dengan
beberapa meja makan yang berdiri di atas tepian Danau Singkarak dengan
pemandangan lepas ke danau. Tentunya sudah bisa ditebak kalau kami memilih meja
yang memiliki pemandangan lepas ke danau.
![]() |
(Disepanjang tepian Danau Singkarak banyak dijumpai rumah makan dengan view yang menghadap ke danau seperti ini.) |
Rumah makan yang kami singgahi sebenarnya rumah
makan dengan sajian masakan minang yang jamak ditemui. Namun yang membuat beda
yaitu adanya sajian Ikan Bilih (Mystacoleucus padangensis) yang digoreng kering dan dimasak seperti pepes.
Ya, nama Ikan Bilih adalah nama yang baru pertama saya dengar. Menurut Pak
Jarwadi, Ikan Bilih katanya hanya hidup di Danau Singkarak. “Menurut cerita, Ikan
Bilih ini hanya ada di Danau Singkarak ini,” ceritanya.
![]() |
(Ikan Bilih yang sudah digoreng kering.) |
![]() |
(Di sepanjang tepian Danau Singkarak banyak dijajakan Ikan Bilih yang sudah diolah seperti ini.) |
Dari dua menu ikan Bilih yang disajikan, menurut
saya ikan yang digoreng dengan garing memiliki rasa
yang paling enak dibandingkan dengan yang dimasak pepes. Rasanya gurih dan
renyah, terlebih ukurannya yang kecil-kecil dengan panjang rata-rata sekitar 5
cm membuatnya sangat pas untuk lauk makan maupun untuk camilan. Karena rasanya
yang enak, sebelum meninggalkan Danau Singkarak saya dan rombongan pun tak lupa membeli
untuk buah tangan.(*)
No comments:
Post a Comment