Teks dan Foto oleh Wahyu Jati Kusuma
![]() |
(Pacu Jawi, tradisi dari generasi ke generasi yang terus terjaga. Seorang peserta pacu jawi tengah memacu sapinya di arena lintasan.) |
Setelah menempuh perjalanan darat
lebih dari 12 jam dari Kota Jambi, saya dan rombongan akhirnya sampai juga di
Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Gapura ucapan selamat datang di
Kabupaten Tanah Datar membuat rasa lelah di perjalanan berkurang.
"Akhirnya sampai juga di Tanah Datar, tapi kok tanahnya tidak datar ya
malahan berbukit-bukit," ujar kawan seperjalanan saya, Wahid, berbagi
kesan pertamanya saat melihat kondisi topografis Kabupaten Tanah Datar.
Pagi yang basah sehabis diguyur hujan
semalam dan hawa yang sejuk khas daerah dataran tinggi seolah menyambut kami
yang datang jauh dari timur. Perjalanan kami ke Tanah Datar di awal bulan
Desember kemarin bertujuan untuk menyaksikan secara langsung salah satu tradisi
masyarakat Kabupaten Tanah Datar yang sudah terkenal ke seantero nusantara
bahkan hingga ke mancanegara, yakni tradisi pacu jawi. Pacu Jawi atau yang
dalam Bahasa Indonesia artinya balapan sapi (pacu : balap, jawi : sapi ; dalam
bahasa minang), merupakan permainan tradisional yang diadakan usai musim panen
padi dan menjelang musim tanam padi di areal persawahan yang masih mengandung
lumpur basah.
![]() |
(Belasan sapi tampak menunggu giliran untuk start.) |
Oleh karena itu, begitu sampai di
Kabupaten Tanah Datar pada Sabtu (1/12) pagi, saya dan rombongan pun tidak
membuang banyak waktu. Berbekal informasi yang kami dapat, saya dan rombongan
langsung bergegas menuju ke Kecamatan Sungai Tarab yang merupakan tempat
dilangsungkannya pagelaran tradisi pacu jawi. Setelah bertanya sana-sini ke
sejumlah orang yang kami temui di sepanjang jalan di kawasan Tanah Datar, maka
kami pun akhirnya sampai juga di lokasi pacu jawi. Lokasi pacu jawi kali ini
tepatnya berada di Sawah Kandang Dalam, Jorong Gurun, Nagari Gurun, Kecamatan
Sungai Tarap.
![]() |
(Lepas start. Jam terbang dan pengalaman menjadi kunci kemenangan dari para joki.) |
Begitu sampai di lokasi parkir
kendaraan, tanpa sengaja saya dan rombongan bertemu dengan Ketua Panitia
Pelaksana Kegiatan Pacu Jawi, Darsono. Ia pun lantas menyambut kami dengan
ramah. "Selamat datang di Tanah Datar, untuk hari ini kegiatan pacu jawinya
baru akan kita mulai siang nanti, tapi kita bisa menunggu sambil duduk-duduk
dan ngobrol di warung-warung yang disediakan oleh masyarakat sekitar,"
kata Darsono menyapa kami dengan ramah.
Setelah memarkir kendaraan, kami pun
menuju ke sebuah warung yang didirikan di dekat areal lintasan perlombaan pacu
jawi. Sambil ditemani minuman tradisional masyarakat Tanah Datar yaitu kawa
daun dan pisang goreng, kami pun lantas mengobrol dan bertanya-tanya seputar
tradisi pacu jawi dengan Darsono.
![]() |
(Ratusan penonton rela bedesak-desakan di pinggir lintasan untuk bisa menyaksikan dari dekat pagelaran pacu jawi. ) |
Dijelaskan oleh Darsono, tradisi pacu
jawi merupakan tradisi turun-temurun yang sudah ada sejak ratusan tahun lalu,
di mana tradisi ini merupakan wujud rasa syukur dari para petani atas panenan
mereka.
"Pacu jawi ini merupakan tradisi
masyarakat Kabupaten Tanah Datar yang sudah turun temurun, serta sebagai bentuk
rasa syukur para petani atas hasil panenan padi mereka," ujarnya
menerangkan makna dari kegiatan pacu jawi.
Lanjut Darsono, setiap tahunnya alek
nagari (pesta rakyat) pacu jawi tersebut diselenggarakan selama empat minggu
berturut-turut serta dilangsungkan di empat kecamatan di Kabupaten Tanah Datar,
yaitu di kecamatan Pariangan, Kecamatan Rambatan, Kecamatan Limau Kaum dan
Kecamatan Sungai Tarab secara bergiliran. Dan di penghujung tahun 2012 ini Kecamatan
Sungai Tarab mendapat giliran untuk menyelenggarakan kegiatan tersebut.
Di Kecamatan Sungai Tarab dipaparkan
oleh Darsono, kegiatan pacu jawi diadakan pada tanggal 10, 17, 24 November dan
1 Desember. "Jadi hari ini merupakan hari terakhir atau hari penutupan
pacu jawi," imbuh Darsono.
Dalam tradisi pacu jawi sendiri kata
Darsono, selain untuk mengisi waktu luang antara musim panen dengan musim
tanam, pacu jawi juga digunakan ajang hiburan bagi masyarakat sekitar dan
sebagai ajang silahturahmi di antara para petani karena peserta pacu jawi
jumlahnya mencapai ratusan. "Untuk
kegiatan pacu jawi kali ini saja ada lebih dari 400 jawi yang ikut ambil
bagian," jelas Darsono.
![]() |
(Peserta pacu jawi (joki) tengah memacu sapinya di arena lintasan. Sapi yang mampu berlari dengan lurus dan sampai dengan cepat di garis finish adalah pemenangnya.) |
![]() |
(Tak hanya orang dewasa saja yang menyaksikan pacu jawi , anak-anak pun tak mau ketinggalan menyaksikan tradisi yang telah berusia ratusan tahun tersbut.) |
Jika dikatakan sebagai hiburan bagi
masyarakat sekitar itu jelas. Hal ini bisa terlihat dari semaraknya kegiatan
pacu jawi, di mana anak-anak hingga orang tua rela berbondong-bondong datang ke
lokasi pertandingan agar bisa menyaksikan secara langsung dari dekat tradisi
yang sudah turun-temurun beberapa generasi itu. Bahkan yang menarik lagi dari
tradisi pacu jawi adalah sapi-sapi yang akan ikut bertanding ternyata juga
memiliki kepopuleran. Tak sedikit pengunjung yang menyempatkan diri untuk
berfoto bareng dengan para sapi-sapi peserta sebelum pertandingan dimulai. Apalagi
sapi-sapi para peserta biasanya dihias dengan pernak-pernik hiasan yang
mengandung unsur warna-warna cerah agar bisa tampil cantik dan menarik
perhatian banyak pengunjung sebelum turun ke lintasan.
![]() |
(Sebelum turun ke lintasan, sejumlah sapi tampak dipercantik dengan berbagai hiasan dan ornamen. Sapi-sapi yang dihias itupun kerap menjadi obyek untuk berfoto bersama.) |
Tak hanya sampai di situ, kemeriahan
tradisi pacu jawi tidak hanya terjadi di areal lintasan saat kegiatan
berlangsung, tetapi kemeriahan juga tetap terjadi di pinggir lintasan.
Masyarakat sekitar yang tidak turun ke lintasan juga turut meramaikan dengan
tarian dan nyanyian tradisional khas masyarakat Tanah Datar. Kemeriahan musik
dan tarian tradisional seolah menjadi irama pengiring dan penyemangat bagi para
joki yang tengah memacu sapi-sapinya.
Yang Paling Lurus dan Tercepat adalah Pemenangnya
![]() |
(Sapi yang mampu berlari dengan lurus dan sampai dengan cepat di garis finish adalah pemenangnya.) |
Saya dan rombongan yang baru pertama
kali menyaksikan secara langsung tradisi pacu jawi pun penasaran akan aturan
main pacu jawi. “Bagaimana cara menilai dan menentukan pemenangnya, apalagi
dalam pacu jawi masing-masing peserta berlaga sendiri di lintasan tanpa lawan,”
batin saya dalam hati.
Seolah bisa menebak apa yang ada dalam
benak saya serta tidak mau membuat saya dan rombongan penasaran, Darsono pun
menjelaskan aturan permainan pacu jawi. Katanya penilaian siapa yang menang dan
kalah bukan pada seberapa cepat sapi bisa mencapai garis finish, tetapi
penilaian utama dari pacu jawi adalah seberapa lurus sapi mampu berlari di lintasan
hingga menyentuh garis finish. "Kalau dalam pacu jawi ini yang dinilai
adalah lurus tidaknya sapi berlari dalam lintasan," urainya.
Untuk itu, agar sapi para peserta
bisa menjadi jawara, maka seorang joki sapi haruslah memiliki keterampilan dan tekhnik
serta jam terbang dalam mengendalikan sapi. Terlebih dalam tradisi pacu jawi
seorang joki harus mengendalikan dua sapi sekaligus, sehingga keahlian menjadi
hal yang tidak bisa ditawar. Pada saat pertandingan tengah berlangsung, seorang
peserta haruslah mengendalikan sepasang sapi yang diapit oleh peralatan
pembajak sambil memegang tali dan menggigit ekor sapi. Bahkan dari berbagai
informasi yang saya dapat, ke dua ekor sapi haruslah digigit ketika tengah
mengendalikan sapi, karena semakit kuat gigitan sang joki ke ekor sapi maka
sapi akan semakin cepat berlari.
![]() |
(Para joki tengah menyaksikan lawan-lawannya berlaga di arena lintasan.) |
![]() |
![]() |
(Berbagai ekspresi wajah joki tampak berbeda usai turun dari lintasan pacu jawi.) |
Selain itu juga katanya, jika bisa
memenangkan pertandingan ini hadiah bukanlah tujuan utama karena hadiah yang
diberikan oleh panitia tidaklah seberapa, namun jika menjadi pemenang secara otomatis
harga sapi yang menjadi jawara memiliki nilai jual yang berlipat dibanding
harga sapi biasa. "Sapi yang menjadi pemenang harganya bisa di atas Rp 25
juta," katanya.
Untuk itu sambung Darsono, agar
sapi-sapi yang diperlombakan bisa menang tentunya harus dalam kondisi yang
prima. Untuk menciptakan kondisi yang fit dan prima tentunya ada perlakuan
khusus terhadap para sapi. “Biasanya sebelum bertanding para pemilik sapi
memberikan makanan ataupun minuman yang berkhasiat agar sapi bisa tampil
maksimal,” urainya.(*)
mantap..
ReplyDeleteminangkabau memang kaya akan budaya, tak terkecuali budaya lain yang ada di indonesia.
kunjungi kami di pacu jawi
terima kasih